TULISAN politik Wabup Nyi Eva sebenarnya belum waktunya dipublikasikan. Atau tulisan ini jadi bahan nyinyiran. Atau apalah.
Toh penulisnya dianggap tak ber-qualified untuk mengurai politik. Mereka selalu menilai kategori pakar yang perlu dilihat tulisan yang bernuansa politik. Misal, Pengamat. Setidaknya bergelar doktor. Atau direktur konsultan politik yang sudah teruji. Minimal level regional.
Kalau saya nulis politik. Kata mereka berdasar subjektifitas. Tak berdasar data. Atau sebutan lainnya.
Emang saya akui. Latar belakang akademisi saya bukan FISIP. Tak punya gelar doktor. Hanya bergelar sarjana. Itu pun sarjana agak dimana, gitu. Plesetan dari gelar SAg.
Tapi saya enjoy-enjoy saja. Tak peduli mereka menyebut apa. Yang penting saya nulis. Sebagai bagian dari penyaluran hobi. Ya..hobi. Menulis dan membaca itu, salah satu hobi saya.
Sama dengan mereka yang suka menyanyi. Dengar tabuhan musik. Reflek saja untuk berdendang. Apalagi ada unek-unek yang ingin disuarakan lewat bait-baik lagu.
Jadilah. Lagu syahdu. Atau lagu yang mewakili suara hatinya.
Soal Politik Wabup Sumenep Nyi Eva saya anggap perlu menulis sebatas pengantar. Anda ngerti, kan. Tulisan itu punya dua makna. Tersurat dan tersirat.
Sama dengan poltiisi. Yang punya dua panggung. Panggung depan dan panggung belakang.
Bagi politisi, sesuatu harus tampil wah. Menunjukkan sosok yang hebat. Itulah panggung depan.
Panggung belakang? Anda bisa menyaksikan langsung usai tampil di panggung belakang.
Tak semua yang terjadi di belakang panggung dipertontonkan di depan panggung. Begitu kata kura-kura dalam perahu.
Pengantar untuk politik Wabup Nyi Eva adalah beliau kategori politisi tangguh. Nyaris tiada duanya di Madura, khusus politisi perempuan.
Ketangguhan sosok Nyi Eva dalam berpolitik saya prediksi menjadi ancaman kepada Bupati Achmad Fauzi.
Jika Nyi Eva benar maju sebagai Cabup di Pilkada Sumenep 2024. Ini saya lihat berpotensi mengalahkan incumbent Bupati Sumenep Achmad Fauzi.
Itung-itungannya dari mana? Lagi-lagi ini prediksi. Saya olah dari berbagai sumber-yang tak perlu saya sebut di tulisan ini. Karena menyangkut di belakang panggung, hehe
Setidaknya, peta politik nasional di 2024 tentu berimbas ke politik lokal. Apalagi, Pilkada 2024 itu Serentak dengan Pemilihan Gubernur.
Peta politik nasional-masih belum terlaksana Pilpres.
Jika Paslon yang diusung PDIP kalah Pilpres. Tentu akan berimbas pada kekuatan politik Bupati Achmad Fauzi yang menjadi kader PDIP.
Peluang itu bisa membuka jalan Nyi Eva untuk menyaingi Bupati Fauzi.
Jika Pilpres masih dimenangkan Paslon PDIP. Kekuatan politik Achmad Fauzi belum tergoyahkan.
Opsi berikutnya untuk menyaingi Achmad Fauzi di Pilkada Sumenep 2024 adalah arus dukungan untuk Nyi Eva jika benar maju sebagai Cabup Sumenep.
Nyi Eva bisa menjadi representasi kekuatan politik santri. Ketua Muslimat NU Sumenep, berjilid-jilid. Juga salah satu cicit Kiai NU yang berpengaruh.
Tinggal, sejauhmana arus dukungan dari kekuatan kultur bersatu untuk memenangkan Nyi Eva. Ditambah kekuatan ‘bohir’ yang mengintegrasikan dengan kekuatan dalam dalam Pilkada Serentak.
Akhir kata.
Politik Nyi Eva masih bersambung. Kekuatan politik Fauzi juga lagi mengintip.
Hehe…