Religi  

Doa Untuk Habib Rizieq

Ulama Terdzalimi
ilustrasi

Sejak maghrib. Pengeras suara di masjid-masjid dan mushalla menggema menyambut Hari Raya Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriyah.

Doa bersama juga serentak di lingkungan pemerintah. Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi hingga Kabupaten/kota se Idonesia.

Dari kepala daerah itu memberi Surat Edaran yang diikuti oleh MUI agar segenap umat Islam menyambut Tahun Baru Islam melakukan dzikir, khatmil quran dan istighosah agar pandemi covid segera berakhir.

Di hari yang sama. Hanya selisih jam. Sebelum memasuki 1 Muharram 1443 Hijriyah.

Senin Sore itu. Doa-doa untuk Habib Rizieq Shihab mengalir.

Di sore itu terlihat belasan ribu hingga puluhan ribu netizen mencuit di twitter dan mengutip cuitan serta membagikan berita Habib Rizieq yang batal bebas hari Senin.

Salah satu netizen bernama Novel Assegaf menulis di twitter-nya dengan ungkapan doa dan harapan pertolongan dari Allah SWT atas kasus swab palsu RS Ummi yang menimpa Habib Rizieq.

“Ya Allah berilah balasan pada orang yang berlaku zalim pada Habib Rizieq Shihab, hanya pada-Mu lah kami meminta keadilan,”.

Dalam sekejap cuitan Novel Assegaf direspon ribuan netizen.

Pernyataan dzalim juga disampaikan pengacara Habib Rizieq, Ichwan Tuankotta.

Ichwan bercerita kepad wartawan bahwa Habib Rizieq mestinya bebas hari Senin. Sebab, perkara kerumunan Petamburan dan Megamendung sudah habis masa penahanannya. Itu diperkuat dengan putusan Hakim Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

“Tapi kemudian Ketua Pengadilan Tinggi melakukan penetapan penahanan 30 hari ke depan terhadap perkara RS Ummi. Sungguh zalim,” terang Ichwan.

Saya tak bisa memberi kajian lebih jauh soal hukum yang menimpa Habib Rizieq. Toh kasus serupa juga menimpa yang lain tapi tak diproses sebagaimana pasal dan undang-undang yang menjerat Habib Rizieq.

Saya hanya bisa tertegun mendengar kabar yang menimpa Habib Rizieq. Hati ikut tersayat. Bukan karena saya pengikut Habib Rizieq.

Alasan saya sederhana. Saya sebagai muslim sunni.

Setiap saat. Saya selalu mendoakan Rasulullah SAW, sahabat-sahabat Nabi SAW. Termasuk keluarga-keluarga Nabi Muhammad SAW.

Shalawat Nabi Saw yang selalu diajarkan para kiai dan ulama serta guru-guru ngaji di kampung. Selalu menyelipkan doa untuk kesejahteraan dan keselamatan untuk para sahabat Nabi SAW dan keluarga-keluarga Nabi Muhammad SAW.

Habib Rizieq salah satu keturunan Rasulullah SAW. Itu diakui oleh banyak umat Islam. Termasuk Rabitha Alawiyah. Sebuah lembaga resmj yang menaungi keturunan Rasulullah SAW di Indonesia.

Dalam catatan Rabitha Alawiyah. Habib Rizieq masuk generasi ke 38 jika nasabnya dirunut ke Fatimah Az-Zahra As, putri Rasul SAW.

Saya juga tak banyak berkomentar dan merespon. Apalagi menghina dan berbuat dzalim apabila ada keturunan Rasulullah SAW berbuat salah secara syar’i maupun konstitusi negara.

Yang pasti. Keturunan Rasulullah SAW itu tergolong manusia yang tak bisa lepas dari salah dan khilaf.

Sebagai solusi, saya menganggap keturunan Rasulullah SAW itu ibarat mushaf al-qur’an yang sudah usang atau rusak.

Mushaf al-quran itu tak bisa dibaca. Tapi tak bisa dicampakkan ke tempat yang hina.

Mushaf al-quran yang berisi kalam-kalam Allah itu, meski usang atau rusak perlu dihormati. Itu sebagai tanda kita sebagai muslim yang menghormati kalamullah meski termodifikasi dalam bentuk mushaf.

Keturunan Rasulullah SAW menjadi salah satu wasiat Nabi Muhammad SAW yang perlu dijaga dan dihormati.

Wasiat itu disampaikan kepada para sahabat dan pengikutnya menjelang wafat.

Dalam khotbah di Gadir Khum. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya aku menitipkan kepada kalian dua perkara yang berat, yaitu Kitabullah dan keturunanku (ahli baitku), dan sesungguhnya keduanya tidak dapat dipisahkan sebelum keduanya sampai di telaga (ku),”.

Hadits ini diceritakan oleh Imam Ahmad kepada Jarir. Hadits Nabi Saw itu diperoleh dari Yazid ibnu Abu Ziad, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdul Muttalib ibnu Rabiah yang menceritakan bahwa Al-Abbas radhiallahu anhu masuk menemui Rasulullah Saw, lalu berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar keluar dan kami lihat orang-orang Quraisy sedang berbicara dengan asyik. Tetapi bila mereka melihat kami, maka mendadak mereka diam.”

Apa respon Nabi SAW? “Rasulullah Saw marah dan mengernyitkan dahinya, kemudian bersabda: Demi Allah, iman masih belum meresap ke dalam kalbu seseorang muslim sebelum dia mencintai kamu karena Allah dan karena kekerabatanku,”.

Sebagian para kiai memaknai wasiat Nabi SAW agar menjaga dan menghormati keturunannya untuk mendapat syafaat Rasul SAW di dunia dan di akhirat kelak.

Sebaliknya, bagi siapa yang memusuhi dan menghinakan keturunan Rasul SAW, tak akan mendapat syafaat di dunia dan akhirat.

Konten Hadits Nabi SAW di atas boleh saja multi interpretasi. Berbagai ulama dan cendekiawan muslim terpecah memahami wasiat Nabi SAW agar menjaga dan menghormati keturunannya. Termasuk ancaman syafaat yang dicabut bila memusuhi dan menghinanya.

Perbedaan tafsir dan keyakinan itu bagian yang private dan subjektif. Sebagaimana kelompok Syiah yang mencintai Ali bin Abi Thalib dan putranya.

Setidaknya banyak muslim sunni kini bergema melantunakn shalawat thibbil qulub di masjid-masjid dan surau.

Mereka menadahkan pertolongan Allah SWT melalui syafaat Rasulullah SAW agar pandemi Covid-19 lenyap dari bumi Indonesia.

Secara khusus. PBNU menginstruksikan kepada semua pengurus wilayah, cabang, lembaga-lembaga di bawah naungan NU serta badan otonom dan pesantren di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membacakan shalawat thibbil qulub.

Perintah PBNU itu sebagai respons atas mewabahnya virus Corona yang tak kunjung lenyap.

Sebelum PBNU mengeluarkan instruksi khusus itu, ada seorang ulama bermimpi dan bercakap-cakap dengan Rasulullah SAW.

Salah satu dialog ulama itu meminta solusi kepada Rasul SAW agar virus Covid-19 cepat lenyap dari muka bumi.

Rasul SAW pun menjawab, “perbanyaklah shalawat, ” begitu dawuh si ulama yang banyak disampaikan oleh para ustadz saat menyampaikan ceramah yang tayang di akun Youtube.

Sampai di sini saya paham. Bahwa alam dan seisinya dicipta Allah SWT melalui Nur Muhammad.

“Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan Aku ciptakan alam semesta ini,” Hadits Qudsi yang kerap dikaji oleh para ulama
-ulama pesantren dan tertuang dalam berbagai kitab klasik.

Salah satu kitab itu yang mengulas Nur Muhammad adalah Kitab Qashidah Barzanji. Kitab karya As-Sayyid Ja‘far ini, kerap dibaca muslim sunni di berbagai belahan dunia ketika peringatan Maulid Nabi Saw.

Muslim sunni meyakini syafaat Nabi SAW bisa diperoleh baik di dunia dan di akhirat kelak.

Jika syafaat Nabi Saw menyertai kita di dunia. InsyAllah kehidupan sehari-hari kita mendapat pertolongannya meski berbagai cobaan mendera.

Sebaliknya. Jika kehidupan kita jauh dari syafaat Nabi SAW.

Entah apa yang mau dikata. Terserah anda meyakininya.

Termasuk apabila kita berbuat dzalim kepada ulama dan keturunan Rasulullah SAW.

hambalirasidi

Sumenep, 1 Muharram 1443 H

Exit mobile version