Banyak Orang Jadi Satu Tubuh

Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Tapi, kelebihan banyak orang itu, bisa dimiliki satu tubuh. Berbagai potensi ada di satu batang tubuh.

Ah, yang benar. Saya ambil contoh Gus Dur dan Fuad Amin di Bangkalan.

Gus Dur banyak yang ngerti. Siapa Gus Dur.

Yang Fuad Amin? Beliau disegani dan dihormati karena salah satu cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. Masyarakat menyebutnya Kiai Fuad.

Tapi Kiai Fuad memilih tak menjadi pengasuh pesantren. Label cicit Syaikhona Kholil dijadikan sarana menjelajah ke dunia luar. Terjun ke dunia bisnis. Sambil memikirkan umat.

Singkatnya, Kiai Fuad menjadi seorang milioner dengan kekayaan yang melimpah.

Kekayaan itu juga dijadikan sarana untuk menjalin komunikasi dengan kelompok lintas kultur. Sehingga kaum blater, kelompok jawara Bangakalan ikut takdzim kepada Kiai Fuad.

Kiai Fuad menjadi jujukan para blater. Singkatnya, Kiai Fuad memiliki kelebihan bisa ‘menaklukkan’ para kaum blater.

Di dunia politik lokal Jawa Timur. Kiai Fuad juga diakui sebagai politisi ulung. Gaya politiknya khas. Penuh kontroversi. Warna politik Bangkalan bisa dikata tergantung ‘remote‘ Kiai Fuad.

Tak terhitung berapa politisi lokal Bangkalan yang ‘dicipta’ oleh Kiai Fuad. Lain lagi politisi level Jawa Timur dan nasional yang tak lepas dari sentuhan Kiai Fuad.

Gus Dur. Dari kiri: Kiai Busyro, Bupati Sumenep Fauzi, MH Said Abdullah dan Kiai Fuad Amin

Empat kelebihan itu dimiliki oleh Kiai Fuad. Allah SWT memberi kelebihan untuk empat orang hanya untuk Kiai Fuad.

Sama halnya dengan alm Gus Dur. Bagi para pengamat, figur Gus Dur sebagai sosok lintas batas. Kelebihan yang dimiliki Gus Dur sudah melambung seantero dunia. Levelnya sudah internasional, begitu singkat labelnya.

Sosok Gus Dur dikenal sebagai kiai karena cucu KH Hasyim Asyari, pendiri NU. Juga dikenal pejuang demokrasi yang cendekia. Kecerdasannya diakui banyak orang.

Kelebihan itu menjelma menjadi sosok yang disegani kawan maupun lawan. Pada awal reformasi kharisma Gus Dur terpancar hingga mengantarkan ke kursi Presiden RI meski sesaat.

Kelebihan Gus Dur di atas menjadi kekurangannya. Apa itu? Gus Dur bukan milioner. Bahkan, kata Gus Mus selama mengenalnya, Gus Dur tak punya dompet.

Soal harta Gus Dur diakui banyak orang. Putri-putri Gus Dur hanya diwarisi nilai-nilai perjuangan untuk membela kaum tertindas.

Lain Kiai Fuad dan Gus Dur. Di Sumenep ada sosok Kiai Busyro Karim, MH Said Abdullah dan Achmad Fauzi.

Ketiga figur ini sengaja saya coba ulas sepintas karena mempengaruhi warna perpolitikan di Kabupaten Sumenep, 10 tahun terakhir.

Kiai Busyro, dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren dan juga politisi PKB. Beliau 2 periode menjabat Ketua DPRD Sumenep dan 2 periode sebagai Bupati Sumenep. Tapi beliau tak dikenal sebagai milioner. Kesimpulannya Kiai Busyro bukan sosok yang tajir melintir.

Beda dengan MH Said Abdullah. Ketua Banggar DPR RI ini dikenal sebagai orang tajir yang suka membantu orang.

Kelebihan MH Said dalam politik lokal Sumenep adalah siapa pun figur yang didorong maju sebagai Paslon di Pilkada Sumenep selalu menang.

Tapi kelemahan MH Said Abdullah adalah bukan putra pengasuh pesantren. Singkatnya, MH Said bukan representasi dari kelompok pesantren.

MH Said peka. Kekuatan kultur masyarakat Sumenep sebagai jaring politiknya ia kawinkan dengan Kiai Busyro.

Jadilah dua kekuatan menjadi satu ritme untuk mewarnai Pilkada Sumenep.

Lalu, bagaimana dengan Bupati Achmad Fauzi?

Setahun menjabat Bupati Sumenep, Lora Fauzi-mengutip panggilan Gus Yahya, Ketum PBNU-ibarat bangunan masih membuat pondasi.

Desain bangunan sudah selesai. Enam bulan pasca dilantik baru bisa menata reformasi birokrasi.

Salah satu yang menarik dari pola kepemimpinan Lora Fauzi di birokrasi Pemkab Sumenep adalah munculnya para alumni kepamongprajaan di setiap mutasi jabatan.

Teranyar, pengumuman Hasil Penilaian Akhir Seleksi Terbuka Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep yang didominasi alumni IPDN, sekolah kepamongprajaan.

Seperti, Achmad Dzulkarnain, Arif Susanto. Anwar Syahroni Yusuf, Sekretaris Bakesbangpol. Ach Laili Maulidy, Kabag Ekonomi dan SDA. Dan Heru Santoso, Kabag Umum Setda.

5 alumni IPDN ini menduduki rangking teratas di 5 OPD yang dilakukan seleksi calon pejabat pimpinan tinggi pratama. Nama Ach. Dzulkarnain, kini Camat Lenteng dan Arif Susanto, Camat Rubaru ada di urutan teratas dalam pengumuman itu.

Nama Dzulkarnain menjadi pembicaraan para aktivis karena nama Dzulkarnain ada di Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana yang sama-sama berada di urutan teratas.

Kemudian para aktivis memberi beberapa catatan atas perjalanan karir birokrasi Dzulkarnain. Mulai dari Camat Guluk-Guluk, Camat Kangayan hingga Camat Pasongsongan.

Singkatnya, para aktivis itu akan menyampaikan aspirasi kepada Bupati Lora Fauzi terkait kelebihan dan kekurangan Achmad Dzulkarnain yang penuh kontroversi.

Selain itu, para aktivis juga memprediksi nama Arif Susanto yang berada di urutan pertama di Dinas Lingkungan bisa terpilih.

“Tapi itu semua hak preogratif Bupati. Urutan pertama dalam seleksi bukan jaminan dilantik,” ucap Rausi Samorano dalam bahasan di warung kopi depan perpusda, Rabu sore.

Asmuni, peserta diskusi lain memprediksi Renita Salanti, calon Kadis DPMD. Meski berada di urutan ketiga, Ibu Ita-panggilan akrab Renita Salanti dinilai berpotensi terpilih.

Sayang, pemred transmadura ini tak menjelaskan alasan rasionalnya kenapa memprediksi Ibu Ita sebagai calon Kepala DPMD.

“Ibu Ita memang urutan ketiga. Tapi dia orang potensial. Alumni ITS dan belum ada catatan kontroversi selama berkarir di birokrasi,” dalih Asmuni.

Karena tak memberi dalih rasional. Haidar, peserta diskusi lain langsung menyebut Heru Santoso yang berada di urutan kedua berpotensi menjabat Kepala DPMD hasil lelang jabatan.

“Pak Heru itu Kabag Umum. Tugasnya selalu bersinggungan dengan keperluan Bupati. Secara emosional Heru lebih dekat dengan bupati dibanding peserta lainnya,” urai Haidar.

Entahlah diskusi bebas itu kok seperti pengamat. Karena saya tak mengikuti sejak awal wacana lelang jabatan eselon 2 itu.

Kesimpulan sederhana saya hanya melihat secara literlek. Apa yang tertulis dalam pengumuman itu, yang saya anggap berpotensi dilantik Bupati.

Selebihnya, saya serahkan kepada yang memiliki hak preogratif.

Siapa itu?

Ada penguasa alam dan seisinya, yaitu Allah SWT.

Juga ada penguasa birokrasi Pemkab Sumenep.

Begitu kata kura-kura dalam perahu.

Ngenom lu….

hambalirasidi

Exit mobile version